Kaset, Gimana Nasibnya Ya Sekarang? Bikin Kangen Anak 90-an Deh

Di antara segala format media penyimpan musik nampaknya tak ada yang lebih asyik dikenang selain tape kaset (cassette tape). Media penyimpan musik ini sangat populer di era 1980-an di Indonesia hingga memasuki awal milenium 21. Ia hadir dan bersaing dengan pendahulunya yaitu Piringan Hitam. Ia juga bersaing dengan produk lebih anyar yaitu Compact Disc.
Keduanya, baik piringan hitam maupun Compact Disc berharga lebih mahal daripada sebuah kaset. Tak heran kalau kaset menjadi produk yang begitu fenomenal penjualannya di kala itu. Tapi, bagaimana kabarnya sekarang?

Cikal bakal kaset adalah di Jerman pada tahun 1935 ketika ditemukan dan mulai dikembangkan sebagai alat perekam audio. Dikombinasi dengan tape magnetik yang ditemukan di tahun 1928, lini produksi Philips pada tahun 1962 mulai menghasilkan kaset untuk pertama kalinya.
Di tahun 1971 mereka memperkenalkan teknologi Dolby yang mengurangi suara dengung, dan hal ini menjadikan Philip sebagai produsen resmi produk kaset di dunia. Lompatan besar terjadi ketika di awal 1980-an mereka bekerjasama dengan Sony. Pabrikan Jepang ini menciptakan Walkman sebagai alat pemutarnya (cassette player). Player ini berbentuk ringkas dan mudah dibawa kemana-mana karena dimensinya sedikit lebih besar daripada ukuran kaset itu sendiri.

Kembali ke soal kaset, bagi kamu yang kebetulan generasi milenial, info ini hanya sekedar bahan renungan. Ya, bahan renungan karena lompatan teknologi membuatmu tidak lagi perlu repot-repot dalam mendengar musik melalui kaset. Lho, memang apa kerepotannya? Mari kita simak di bawah ini:
Player alias media pemutar kaset bekerja dengan cara menggulung putaran pita kaset dengan manual. Akibatnya, tak jarang pita kaset tiba-tiba stucked alias macet di dalam cassette player. Kalau ini terjadi, kita harus repot-repot mengeluarkan pita kaset seperti halnya anak kecil menarik benang layang-layang! Ketika sudah dikeluarkan sangat sering terjadi kaset sudah kusut yang jika diputar ulang hanya tembang yang sangat fals-lah yang terdengar.
Masih mengenai pita kaset juga. Terkadang rotor player tidak cukup kuat untuk menggulung dalam rangka rewind/Rew (memundurkan) atau fast forward/FF (mempercepat). Kalau itu terjadi, solusinya adalah kaset dikeluarkan dan pemutaran dilakukan manual di roda gigi kaset dengan pensil. Tidak bisa memakai pulpen karena badan pulpen yang cenderung licin.
Beda dengan tape tipe kekinian, dahulu untuk mendengar lagu sebelum atau sesudahnya, pengguna harus menggunakan feeling alias perasaan. Ketika sudah menekan tombol Rew atau FF dan kira-kira sudah berada di lagu yang diharapkan, tombol Stop dipergunakan. Setelah itu tombol Play dimainkan. Jika lagu yang terdengar ternyata bukan lagu kesayangan kita, proses diulang. Bisa Rew atau FF dan itu dilakukan berulang kali sampai kita berada di awal lagu. Kebayangkan betapa repotnya menggunakan kaset?
Satu buah kaset terdiri dari sisi A dan sisi B yang masing-masing berisi sekitar 10 buah lagu. Jadi terbayang kan? Betapa sangat terbatasnya kapasitas sebuah kaset. Jangan sekali-kali bandingkan dengan ratusan musik yang bisa tersimpan sekaligus di gawaimu.
Jadi memang beruntung bagimu yang sekarang bisa dengan mudah dan murah, atau bahkan gratis, menikmati musik. Karena sebagai pengganti kaset, kamu bisa memilih aplikasi music player maupun lagunya di internet. Jumlah musik yang mau diunduh pun tergantung keinginanmu. Bisa mendapat banyak atau sedikit, semua sesuai seleramu.
Di antara segala format media penyimpan musik nampaknya tak ada yang lebih asyik dikenang selain tape kaset (cassette tape). Media penyimpan musik ini sangat populer di era 1980-an di Indonesia hingga memasuki awal milenium 21. Ia hadir dan bersaing dengan pendahulunya yaitu Piringan Hitam. Ia juga bersaing dengan produk lebih anyar yaitu Compact Disc.
Keduanya, baik piringan hitam maupun Compact Disc berharga lebih mahal daripada sebuah kaset. Tak heran kalau kaset menjadi produk yang begitu fenomenal penjualannya di kala itu. Tapi, bagaimana kabarnya sekarang?

Cikal bakal kaset adalah di Jerman pada tahun 1935 ketika ditemukan dan mulai dikembangkan sebagai alat perekam audio. Dikombinasi dengan tape magnetik yang ditemukan di tahun 1928, lini produksi Philips pada tahun 1962 mulai menghasilkan kaset untuk pertama kalinya.
Di tahun 1971 mereka memperkenalkan teknologi Dolby yang mengurangi suara dengung, dan hal ini menjadikan Philip sebagai produsen resmi produk kaset di dunia. Lompatan besar terjadi ketika di awal 1980-an mereka bekerjasama dengan Sony. Pabrikan Jepang ini menciptakan Walkman sebagai alat pemutarnya (cassette player). Player ini berbentuk ringkas dan mudah dibawa kemana-mana karena dimensinya sedikit lebih besar daripada ukuran kaset itu sendiri.

Kembali ke soal kaset, bagi kamu yang kebetulan generasi milenial, info ini hanya sekedar bahan renungan. Ya, bahan renungan karena lompatan teknologi membuatmu tidak lagi perlu repot-repot dalam mendengar musik melalui kaset. Lho, memang apa kerepotannya? Mari kita simak di bawah ini:
Player alias media pemutar kaset bekerja dengan cara menggulung putaran pita kaset dengan manual. Akibatnya, tak jarang pita kaset tiba-tiba stucked alias macet di dalam cassette player. Kalau ini terjadi, kita harus repot-repot mengeluarkan pita kaset seperti halnya anak kecil menarik benang layang-layang! Ketika sudah dikeluarkan sangat sering terjadi kaset sudah kusut yang jika diputar ulang hanya tembang yang sangat fals-lah yang terdengar.
Masih mengenai pita kaset juga. Terkadang rotor player tidak cukup kuat untuk menggulung dalam rangka rewind/Rew (memundurkan) atau fast forward/FF (mempercepat). Kalau itu terjadi, solusinya adalah kaset dikeluarkan dan pemutaran dilakukan manual di roda gigi kaset dengan pensil. Tidak bisa memakai pulpen karena badan pulpen yang cenderung licin.
Beda dengan tape tipe kekinian, dahulu untuk mendengar lagu sebelum atau sesudahnya, pengguna harus menggunakan feeling alias perasaan. Ketika sudah menekan tombol Rew atau FF dan kira-kira sudah berada di lagu yang diharapkan, tombol Stop dipergunakan. Setelah itu tombol Play dimainkan. Jika lagu yang terdengar ternyata bukan lagu kesayangan kita, proses diulang. Bisa Rew atau FF dan itu dilakukan berulang kali sampai kita berada di awal lagu. Kebayangkan betapa repotnya menggunakan kaset?
Satu buah kaset terdiri dari sisi A dan sisi B yang masing-masing berisi sekitar 10 buah lagu. Jadi terbayang kan? Betapa sangat terbatasnya kapasitas sebuah kaset. Jangan sekali-kali bandingkan dengan ratusan musik yang bisa tersimpan sekaligus di gawaimu.
Jadi memang beruntung bagimu yang sekarang bisa dengan mudah dan murah, atau bahkan gratis, menikmati musik. Karena sebagai pengganti kaset, kamu bisa memilih aplikasi music player maupun lagunya di internet. Jumlah musik yang mau diunduh pun tergantung keinginanmu. Bisa mendapat banyak atau sedikit, semua sesuai seleramu.
Post a Comment for "Kaset, Gimana Nasibnya Ya Sekarang? Bikin Kangen Anak 90-an Deh"