Melihat Ambisi Huawei Menjadi Perusahaan Teknologi No 1 di Dunia
Dilansir dari Beritagar.id
Pekan lalu, Beritagar.id dan beberapa media lainnya diundang Huawei Technologies Co. Ltd., untuk berkunjung ke kantor pusatnya di kota Shenzhen, Tiongkok. Kunjungan tersebut merupakan bagian dari rangkaian "Seeds for the Future Program", sebuah program tanggung jawab sosial korporat (CSR) Huawei yang ditujukan bagi para pelajar di Indonesia.
Selain bertemu dengan 15 mahasiswa Indonesia yang terpilih mengikuti Seeds for the Future Program tersebut --berlangsung 8-22 Oktober di Beijing dan Shenzhen--, Huawei juga mengajak kami untuk tur mengelilingi kantor pusat sekaligus pabrik mereka di kota yang berada di Provinsi Guangdong, Tiongkok, tersebut.
Walau mungkin namanya tidak sepopuler Samsung dan Apple, atau bahkan produk teknologi dari Tiongkok lainnya seperti Xiaomi, Huawei saat ini masuk dalam jajaran tiga besar dalam penjualan ponsel di seluruh dunia.
Menurut International Data Corporation (IDC) pada kuartal kedua 2016, Huawei mencapai penjualan 32,1 juta unit ponsel atau 9,4 persen dari pasar dunia, menempati peringkat ketiga, hanya kalah dari Samsung (77 juta unit) dan Apple (40,4 juta unit).
Pada periode yang sama, Huawei juga merajai Tiongkok dengan volume penjualan mencapai 19,1 juta unit (17,2 persen), unggul dari OPPO, Vivo, dan Xiaomi.
[embedded content] iCharts
Perusahaan yang didirikan oleh seorang mantan ahli teknologi Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok, Ren Zhengfei, pada 1987 dengan modal awal USD3.500, itupun menjelma menjadi salah satu raksasa teknologi di dunia.
Selain produk gawai yang menjadi bisnis utama, Huawei juga berkecimpung dalam tiga bidang bisnis, yakni Carrier, Enterprise, dan Consumer. Jumlah karyawannya kini mencapai 176.000 orang yang tersebar di beberapa negara di dunia.
Pada 2015, Huawei membukukan pendapatan total USD60,9 miliar. Ia menduduki peringkat 129 dari 500 perusahaan global terkemuka versi Fortune pada 2016.
Kini Zhengfei, dilansir Android Headlines (3/6/2016), mengincar pendapatan sebesar USD150 miliar pada 2020.
Perhatian lebih pada R&D
Huawei Exhibition Hall di Shenzhen
Kantor pusat Huawei terletak sekitar 40 km di sebelah utara Shenzhen. Luas total komplek tersebut sekitar 2 km persegi dan terdiri dari delapan bagian: pusat administrasi, pusat penelitian dan pengembangan, pusat tes, pusat produksi, pusat logistik, pusat data, pusat pelatihan, dan taman Bai Cao.
Selain itu juga ada sentra logistik, pusat data, pusat pendidikan, juga perumahan untuk karyawan. Ada sekitar 30.000 karyawan yang bekerja di area tersebut dan berasal dari berbagai negara, tak hanya warga Tiongkok.
Huawei menyebut area itu sebagai "kampus" karena di sanalah tempat orang belajar, meneliti, mengembangkan, dan menjual berbagai produk teknologi komunikasi informasi.
Di tempat ini pula, Huawei membangun Pusat Pendidikan dan Pelatihan yang kerap disebut sebagai Universitas Huawei.
"Ada 200 kelas dengan 2.000 pengajar dan tiap kelas terisi penuh setiap hari sepanjang tahun," terang Yunny Christine, Deputy Director Public Affairs and Communications Departement Huawei Indonesia yang menemani kami sepanjang perjalanan.
Huawei memang menaruh perhatian pada pendidikan dan pelatihan pegawai karena akan berpengaruh pada inovasi di bagian riset dan pengembangan (R&D).
Dana yang disediakan untuk divisi R&D ini pun sangat besar.
Vice President International Media Affairs Corporate Communication Department Huawei, Joe Kelly, mengatakan, Huawei menyisihkan 10 persen dari pendapatan per tahun agar bagian R&D terus berinovasi.
Ia juga mengungkapkan bahwa sepanjang 2006-2015, total investasi yang telah dikeluarkan untuk R&D mencapai USD38 miliar.
Teknologi 5G
Seorang pegawai Huawei tengah menjelaskan mengenai teknologi 5G yang tengah mereka kembangkan.
Dalam kunjungan kami ke Kampus Huawei tersebut, mereka mengungkapkan tengah mengembangkan teknologi jaringan 5G, yang diharapkan bakal siap pada 2020.
"Di masa depan 4G tak akan bisa lagi menangani perkembangan komunikasi global yang semakin cepat," kata Yunny.
Jaringan 5G ini mampu mentransfer data dengan kecepatan hingga 10 GB per detik, bandingkan dengan teknologi 4G yang hanya dapat menyediakan kecepatan 50 MB per detik.
Untuk riset seputar 5G ini, Huawei telah bekerjasama dengan berbagai perusahaan teknologi informasi dan komunikasi lainnya di dunia, baik di Tiongkok maupun di Eropa.
Uji ketangguhan gawai Huawei
Kantor Huawei di Shenzhen
Usai penerangan soal pengembangan 5G, kami kemudian diberi kesempatan mengintip aktivitas lab pengujian gawai Huawei. Di dalam lab tersebut, beberapa tahap pengujian dilakukan pada sampel gawai untuk menentukan kualitas produk yang akan diproduksi secara masal.
Adapun pengujian yang dilakukan pada lab pengujian tersebut dilakukan dalam beberapa tahap. Berikut tahap-tahap pengujian gawai yang kami lihat secara langsung di lab uji Huawei Mobile. Sayangnya kami tidak bisa mengabadikan secara langsung proses pengujian tersebut, karena terbentur peraturan keamanan.
1. Tumbling Barrel Test
Dalam tahap ini ponsel akan dimasukan ke dalam sebuah mesin dengan wadah yang berputar layaknya sebuah mesin cuci. Ini untuk menguji ketangguhan dari ponsel tersebut. Pengujian ini dilakukan hingga mencapai 100 kali putaran.
2. Drop Test
Tahap berikutnya adalah Drop Test. Di tahap ini ponsel diletakan di sebuah mesin penjepit, lalu kemudian dibanting secara cepat ke permukaan yang keras dengan ketinggian 1 hingga dua meter. Pengujian ini dilakukan pada tiap sisi-sisi ponsel baik depan, belakang, atas, bawah, sisi kiri, dan kanan.
3. Jean Friction Test
Test berikutnya masih juga untuk menguji ketahanan ponsel saat mengalami guncangan. Adapun dalam tes ini, ponsel disimulasikan berada dalam tas pengguna. Di sini ponsel akan diguncang dalam mesin pengujian sebanyak 2.000 kali putaran.
4. Soft Press Test
Pada tes ini, ponsel diuji dengan diberikan tekanan secara perlahan yang mensimulasikan apabila ponsel berada di saku celana atau pun berada di tempat lain dengan keadaan tertindih. Ponsel akan diberikan beban sekitar 25 kilogram dengan pengujian sebanyak 2.000 kali.
5. Plug Matching
Ini adalah tes untuk menguji daya tahan lubang-lubang konektor pada ponsel seperti lubang microUSB dan juga jack earphone, serta lubang USB pada konektor cas. Pada pengujian ini, lubang konektor dengan plug dari aksesori (kabel USB dan jack earphone) akan dipasang dan dilepas secara berulang hingga sebanyak 10 ribu kali.
6. Connector Durability
Masih pada pengujian durablitas pada konektor, pada tes ini posisi konektor dalam keadaan terpasang dan diberikan tekanan dari berbagai arah. Ini untuk memastikan agar konektor terpasang kuat, sehingga tidak ada kondisi dimana konektor patah di bagian dalam sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik.
7. Twisting Test
Di pengujian ini, ponsel diputar dengan menggunakan mesin secara perlahan seperti layaknya orang sedang memeras pakaian basah. Ini memperlihatkan kekuatan fleksibilitas ponsel agar terhindar dari risiko ponsel patah. Tes ini dilakukan selama 500 kali menggunakan mesin.
8. Button Test
Setiap tombol fisik pada ponsel dites dengan ditekan sebanyak 1 juta kali. Ini membuktikan bahwa tombol fisik seperti tombol daya dan juga volume pada ponsel bisa berfungsi dengan baik dalam jangka waktu yang sangat lama.
9. Cable Bending
Aksesoris ponsel seperti kabel USB juga ikut diuji durabilitasnya. Pengujian dilakukan yaitu dengan menarik kabel sebanyak 10 ribu kali, dengan simulasi daya tarik yaitu beban seberat 200 gram.
10. Temperatur Test
Tes yang satu ini tentu juga sangat penting dalam menentukan daya tahan si ponsel itu sendiri. Di lab yang kami kunjungi ini, pengujian suhu pada ponsel tidak hanya dilakukan dalam satu tahapan, melainkan dalam beberapa tahapan dengan simulasi yang berbeda.
Mulai dari pengujian dengan suhu standar yaitu dari -20C s/d 55C, suhu ekstrem mulai dari -40Cs s/d 150C, dan juga Hast Test dengan suhu 105Cs/d 146C. Selain itu ponsel juga diuji dalam keadaan dicas dalam ruang power test chamber dengan suhu -40C s/d 70C. Dan Sun-Ray Chamber yang berfungsi untuk menguji warna cat pada bodi perangkat dengan simulasi sinar matahari.
Yang terakhir adalah pengujian terhadap alat cas ponsel. Pencas tersebut dimasukkan ke dalam lemari yang sudah dilengkapi dengan alat temperatur untuk mengetes apakah jika dicolok terlalu lama ke listrik akan rusak atau tidak.
Consumer Lab
Kemudian kami dibawa ke Consumer Lab, sebuah laboratorium untuk mencoba semua gawai produksi Huawei sebelum dilepas ke pasar.
Di ruangan ini, kami diperbolehkan untuk mencoba segala macam teknologi yang telah tersedia seperti penggunaan realitas virtual (virtual reality/VR) dan realitas tertambah (augmented reality/AR).
Kami diberi kesempatan untuk mencoba beberapa perangkat VR dari berbagai jenama yang tersedia di sana, seperti Oculus Development Kit 2.
Namun mereka malah tidak menyediakan Huawei VR yang mereka produksi sendiri untuk dicoba.

Mencoba teknologi realitas virtual (Virtual Reality/VR) di kantor pusat Huawei Technologies Co.Ltd di Bantian, Shenzhen, Tiongkok.
Mencoba teknologi realitas virtual (Virtual Reality/VR) di kantor pusat Huawei Technologies Co.Ltd di Bantian, Shenzhen, Tiongkok.
Kami sempat menanyakan mengapa Huawei menggunakan perangkat dari jenama lain. Yunny menegaskan, Huawei mencoba semua perangkat VR jenama lain agar bisa membandingkan dan mencoba apakah ia bisa digunakan oleh ponsel-ponsel keluaran Huawei.
Lalu, usai sudah tur kami mengelilingi kantor pusat perusahaan teknologi tersebut.
Melihat sendiri keseriusan Huawei dalam mengembangkan produk mereka saat ini, cita-cita untuk bisa menjadi pemain terbesar dalam dunia teknologi bukan tak mungkin akan mereka capai. Sumber
Post a Comment for "Melihat Ambisi Huawei Menjadi Perusahaan Teknologi No 1 di Dunia"